Senin, 24 September 2007
Perkenankanlah Aku Mencintai-Mu Semampuku


Yaa, Maha Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat duaayat hafalanku.

Yaa Rahiim
Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu. Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagiMu.
Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu. Maka izinkanlah aku mencintaiMu dengan
sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya.
Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya.
Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai sesama manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii
Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

posted by muslim_ghuraba @ Permalink ?05.31   0 comments
Sabtu, 22 September 2007
Talking Pakistan… Democracy, and Religion

Perayaan 60 tahun kemerdekaan India, salah satunya, diisi dengan analisa seputar hubungannya dengan saudara dekatnya: Pakistan. Sekedar mengingatkan, saat ini Pakistan berada di bawah kepemimpinan totaliter Musharraf, sementara India menjalani demokrasi liberal dan menikmati kejayaan relatif di bidang ekonomi.Hmm…Kalau saya tidak salah, dulu, saat masa pra-kemerdekaan di India pernah muncul kekhawatiran akan adanya penindasan minoritas Muslim di India, salah satu yang mengkhawatirkannya adalah Nehru dan Gandhi. Berdasarkan kekhawatiran itulah Gandhi lalu mengusulkan Perdana Menteri pertama India diduduki oleh seorang Muslim. Sayangnya, pada akhirnya Muslim lalu memisahkan diri dan mendirikan negara sendiri, yaitu Pakistan (dulunya wilayah Pakistan juga termasuk Bangladesh).

Pendirian negara inilah yang, menurut saya setidaknya, memusingkan. Pakistan muncul—atau dimunculkan—tanpa konsep kenegaraan yang jelas, apakah akan didasarkan pada theocracy ataukah democracy, walau akhirnya Pakistan memilih untuk berjalan di atas jalur demokrasi parlementer. Sebenarnya sedikit mirip dengan Indonesia pada masa lampau, saat terjadi pertentangan antara yang ’nasionalis’ dan yang ’Islam’ (meminjam pengistilahan yang digunakan Tempo dalam edisi khusus Pergulatan Demokrasi Liberal. 1950-1959: Zaman Emas atau Hitam). Tapi, berbeda dengan Indonesia, Pakistan didirikan atas dasar tuntutan keagamaan. Sialnya, dalam negeri Pakistan sendiri belum terjadi sinergi antara pemerintah (atau kaum intelektual didikan kolonial?) dengan kaum beragama. Ketiadaan sinergi ini bahkan semakin memburuk di bawah rezim Musharraf, dimana terjadi tekanan pemerintah atas gerakan-gerakan keagamaan. Bisa dikatakan pengaruh pemerintah meluas ke Masjid, seperti saat di Eropa dulu kala terjadi intervensi terhadap Gereja (dan sebaliknya… intervensi oleh Gereja). Tampaknya kebanyakan usaha menggabungkan sistem pemerintahan kontemporer dengan agama selalu berujung kegagalan. Agama pada akhirnya malah sering dijadikan pembenaran bagi pemerintahan yang korup ataupun otoriter. Menyedihkan. Membingungkan. Memuakkan.

Pilihan yang muncul seputar hubungan antar agama-negara akhirnya berujung pada dua hal: 1) membentuk negara sekuler dimana agama bukanlah bagian terintegrasi dalam sistem pemerintahan (walau mungkin tetap menjadi kekuatan politik); atau 2) mengadopsi sistem lampau dan menerapkannya dalam konteks kekinian (ya, saya bicara tentang khilafah). Saya belum yakin akan keberpihakan saya. Saya merasa kedua sistem barusan masih perlu penyesuaian. Ini adalah keraguan, bukan kekufuran. (Kebodohan, mungkin)

”Wah yang penting dalam politik itu aksi. Kita terapkan dulu, nanti kebocorannya kita tambal di jalan sambil belajar.”, kata seorang teman.

Tut…tut Watson. Waktu telah berbicara. Detik telah bertutur dengan kejamnya tentang ketidakpedulian kita untuk berpikir. Menghukum kita atas kemalasan, untuk ketidaksabaran. Tergesa adalah pengkhianat yang nyata. Sementara sabar adalah ketidakpastian, sebuah perjudian. Mungkin akan menjadi keuntungan. Bisa juga kutukan. Sebuah perjudian.

posted by muslim_ghuraba @ Permalink ?06.05   0 comments
Minggu, 16 September 2007
maafkan daku....
To : All Bloger dan anda telah yang mengunjungi blog ini



posted by muslim_ghuraba @ Permalink ?03.03   0 comments
Kacau...

Kacau...

Bagi anda yang percaya bahwa mahasiswa adalah agen perubahan bangsa saya sarankan anda untuk segera mengoreksi pendapat itu. Bukan pesimis kemudian jadi hypocrite, tapi mari kita lihat dengan jujur realita yang ada..!!

Coba perhatikan kondisi kuliah anda hari ini. saya akan mengambil contoh seperti apa kondisi objektif kelas saya kemarin dari 100an orang yang terdaftar dalam absen kelas yang datang hanya sekitar 40 orang. Yupz diantara 40 orang itu coba hitung berapa banyak yang benar2x memperhatikan pelajaran?mungkin hanya 10 orang, yah sisa 10 orang lagi memainkan handphone, sibuk sms-an, ampe foto2 narsis di kelas(emang studio foto??)dan 10 yang lain orang asik ngobrolin kecengan masing2x, perkembangan kasus cerai artis until sinetron tadi malem yang bikin mereka gregetan dengan akting artisnya(?), 10 orang terakhir lagi tidur

Lalu apa, kemana 60 orang lagi? Yah tipe orang seperti ini memang sedang membudaya di mhasiswa...paling2x mereka akan dengan gampang sms temennya yg ”kira – kira” rajin datang...”eh..absenin gw yah..!!Nimnya ... tandatangannya loe ngasal aja gpp.thanxs b4.”

Dan ketika kerja kelompok mereka pun dengan santai ”Jangan lupa tulis nama gw ..., Nim gw...,awas yah jangan lupa loh” pas praktikum ”ntar gw minjem lap.praktikum yg kemaren yah...mau nyamain!”

Apa yang bisa diharapkan dari orang2x seperti ini???

Apa jadinya Indonesia yang sudah terpuruk ini nantinya bakal di kelola oleh orang2x yang lebih suka dengan kehidupan serba instan,hedonis... dan kapitalis. But saat ini saya tidak sedang membahas life style seseorang...bodo amat!!!

Jujur sebagai bagian dari mahasiswa yang oleh sebagian orang masih dipercaya bahwa mahasiswa kelak bisa membuat Indonesia lebih baik merasa prihatin...sedih..dan kecewa. Apa yang bisa diharapkan dari mahasiswa sekarang??

Belum lagi banyak orangtua yang mengharapkan anak2xnya bisa memperbaiki taraf hidup dan strata sosialnya. Tapi maaf pak, bu masih banyak mahasiswa tidak sadar bahwa mereka adalah secercah harapan dari ortunya...mereka malah lebih banyak mengecewakan, lihatlah IPK-nya, atau berapa taun di Lulus? Atau sudahkah dia jadi lebih arif dan dewasa dalam berpikir dan bertindak?

Jika ya...syukur, jika tida ada masalah dibalik semua ini.

Jangan dulu menyalahkan orang lain, tapi salahkan diri anda dulu, sudahkah anda jadi mahasiswa yg benar?

Nb : Mungkin analisis saya yg sederhana dan jauh dari sempurna ini masih terllu dangkal dalam memahami realita yang seperti gunung es ini dan tak dapat menghasilkan solusi, inti tulisan ini bukan analisis komprehensif tapi sekedar prolog yang membawa anda untuk sama2x memikirkan dan merenungi hal di atas dan jadilah mahasiswa yang baik,SEKARANG
posted by muslim_ghuraba @ Permalink ?03.01   1 comments
Minggu, 09 September 2007
Bisa Jadi Ini Ramadhan Terakhir Kita...
mengenang Ramadhan-ramadhan sebelumnya...
Betapa banyak waktu yang terbuang
Betapa banyak i'tikaf yang terlewat,
Tilawah yang kita selalu beralasan "tak sempat"

Betapa banyak makanan yang masuk dalam perut, sementara tak merasa bisa jadi ada tetangga yang tak tahu harus berbuka dengan apa.

Betapa sulit menggerakkan tubuh ini untuk membantu saudara, Untuk beribadah, untuk belajar giat di siang hari dengan alasan "Kan Lagi Puasa"

Betapa banyak waktu yang tergunakan untuk tidur... padahal di satu sisi, masalah ummat belumlah selesai. Dan tanpa sadar, diri ini bersandar pada hadits dhaif (lemah) bahwa tidurnya orang puasa adalah ibadah.. tanpa merasa bahwa tilawah, dzikir, dan sholatnya orang puasa, tentulah lebih bernilai Ibadah lagi bukan?

Ah... tanpa terasa, tak sampai sepekan lagi, insya Allah kita akan sampai pada bulan Ramadhan...

Wahai Saudaraku...
Mari kita jadikan Ramadhan kali ini bukan lagi Ramadhan yang biasa
Bukan lagi Ramadhan yang sama dengan tahun sebelumnya...

Karena satu hal....
BISA JADI INI RAMADHAN TERAKHIR KITA...
Oleh karena itu, mari
Jadikan Ramadhan Kita Kali Ini
Ramadhan Yang Luar Biasa!!!

Marhaban Yaa Ramadhan
jadikan Ramadhan ini senantiasa di hatiku...
posted by muslim_ghuraba @ Permalink ?21.13   0 comments
Locations of visitors to this page
::Today::

QQ

::Diary::

::Tentang aku::

Assalamualaikum.perkenalkan nama saya Imam Kamarudin saleh. blog ini berisi 'kicauan' seorang mahasiswa TEP IPB yang terus berusaha untuk meningkatkan IP sebelum lulus, diBlog ini kamu bakal dapat 'gado-gado' dgn bahasa yg kadang gaul, formal, ampe rada 'kasar' yg khas mahasiswa dan anak muda tentang segala problema hidupnya, dr akademik, nilai2, cinta, pengharapan,IMPIAN, dan Kepasrahan total pd Rabb semesta alam...Allah SWT..so ENJOY my Blog!!!

::Goresan tinta::
::Arsip::
::Statistik::

::Tukeran links:



Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali

blog imam.k.s

::Didukung oleh::
::Site Feed::

:: Be Uniqe, Be Creative, Be Diffrent, Be Excelent with ISLAM (VERSI Bird)::

↑ Grab this Headline Animator

Add to Google Reader or Homepage

::LinkS::
::Hubungi aku::
::Papan Pesan::
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
"Sering terjadi pada umur yang panjang masanya, tapi sedikit manfaatnya. Ada pula umur yang pendek waktunya, tapi panjang manfaatnya." (Ibnu Athaillah, Al Hikam)