Selasa, 23 Oktober 2007
The 2008 Beijing Olympic Games and Why It Does Matters??

Olimpiade akan kembali digelar, kali ini di Beijing, Cina. Seperti banyak olimpiade sebelumnya, olimpiade kali ini juga dijadikan ajang promosi negara. Cina yang menjadi tuan rumah telah menanamkan banyak modal ke dalam ajang ini, baik material maupun psikologikal. Tapi dengan mengatakan demikian, saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa olimpiade kemudian akan menjadi ajang pertaruhan bagi Cina. Saya mengatakan ”tidak” karena tidak ada yang harus dipertaruhkan. Cina sudah pasti menang. Ajang olimpiade kali ini akan menjadi ajang pembuktian, sebuah pengumuman, bahwa Cina telah menjadi sebuah negara great power.

Cina Hari Ini

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Cina melalui pergerakan ekonomi dan kepemilikan nuklirnya telah menjelma menjadi sebuah kekuatan yang diperhitungkan di Asia, atau bahkan dunia (ehm… yang jadi anggota tetap DK-PBB). All is well for them, tingkat pertumbuhan ekonomi mereka yang paling tinggi di dunia, mereka berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dalam negeri dengan kecepatan yang luar biasa (walau masih ada kesenjangan yang lebar antara si kaya dan si nyaris kaya), mereka juga punya nuklir dan tidak ada yang memprotesnya. Apa berikutnya?

Hegemoni

Bukan hegemoni dunia. Itu adalah tujuan muluk-muluk (walau tetap tidak menghalangi keinginan saya untuk menaklukkan dunia *evil dictator’s grin*). Cina—seperti yang diramalkan oleh Mearsheimer (2005)—akan menjadi sebuah hegemoni regional. Tidak dalam waktu dekat, tapi kelak pada lingkup Asia mereka akan mulai mengarahkan foreign policy mereka secara outward looking pada tingkatan yang terasa seperti mengatur negara lain.

Sekali lagi, tidak dalam waktu dekat.

Cina akan membangun stabilitas dan kapabilitas mereka terlebih dulu. Produk domestik bruto akan terus mereka tingkatkan sambil tetap berusaha menurunkan tingkat kemiskinan dan memperluas pendidikan, berharap tidak akan terjadi keresahan sosial yang akan menggulingkan rezim komunis. Hal itu akan mereka lakukan sambil mempersiapkan diri dalam menggelar Olimpiade (dan kapabilitas militer tentunya…).

Olimpiade, China, dan Pentingnya Medali Emas

Seperti semua negara lain yang ikut serta dalam Olimpiade, Cina berencana untuk menang. Negara ini akan berusaha menjadi juara umum dengan merebut medali-medali yang disediakan oleh perlombaan-perlombaan dalam Olimpiade. Kenapa hal ini penting? Pernah menonton “The Greatest Game Ever Played”? Film tentang golf dengan bintang utama Shia LeBeouf? Film tersebut mengambil setting Amerika Serikat di bawah administrasi Taft (1909-1913) saat turnamen Golf U.S Open sedang diselenggarakan. Peserta turnamen tersebut, secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua: perwakilan Amerika Serikat dan perwakilan Inggris. Inggris ikut serta dalam turnamen tersebut untuk mengalahkan Amerika Serikat dan menunjukkan supremasi mereka. Mereka merasa kedudukan mereka sebagai negara great power masa itu mengharuskan mereka untuk unggul dalam segala bidang, high, low, atau forgotten sekalipun. (Tentu saja kita tahu cukup baik untuk tidak terlalu mengandalakan film-film Hollywood).

Logika yang sama berlaku bagi banyak negara lain, begitu pula dengan Cina. Ranah olahraga memang dapat terlihat sebagai ranah yang kurang penting dibandingkan ranah-ranah lain, katakanlah: kemiskinan, pendidikan, atau layanan kesehatan. Tapi, dalam dunia dimana negara-bangsa masih diakui keberadaannya, persaingan-persaingan antar negara akan terus terjadi. Termasuk persaingan dalam ranah olahraga. Negara-negara akan terus mengeluarkan dana pengembangan sektor olahraga mereka. Semakin kaya negaranya, semakin leluasa pula mereka mengatur pengembangan sektor tersebut.

Olimpiade, secara tidak langsung, akan menjadi ajang pameran kapabilitas moneter negara-negara di dunia (walau, tentu saja, uang bukanlah penentu utama kemenangan suatu negara di olimpiade). Kalau kita perhatikan catatan perolehan medali olimpiade-olimpiade sebelumnya, hingga saat ini hanya ada satu negara yang mengungguli perolehan medali emas Cina. Negara itu adalah United States of America. Bisa diprediksikan bahwa olimpiade 2008 besok akan kembali menjadi persaingan antara dua negara tersebut. Kalau kita melihat perkembangan arah tulisan ini, mungkin ada yang menebak bahwa saya akan melanjutkannya dengan cerita tentang ”Perang Dingin II”. Untungnya tidak, cerita tentang hal itu berada di luar konteks tulisan ini. Selain itu, saya bukan penggemar berat sekuel. Walau demikian persaingan antara A.S dan Cina (dan Rusia, dan Iran, dan Korea Utara, dan-silahkan-pilih-satu-negara-dari-atlas-anda-atau-dari-Fox-News) tidak dapat diabaikan. Meskipun persaingan ini paling tajam terlihat dalam skala regional saja, akibatnya bisa mengubah banyak hal. Ingat pertentangan kebijakan luar negeri Cina dan Amerika Serikat perihal Taiwan.

Saat ini persaingan itu akan mendapat ejawantahnya dalam olimpiade. Dan Cina menginginkan kemenangan…

posted by muslim_ghuraba @ Permalink ?00.42  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
 
Locations of visitors to this page
::Today::

QQ

::Diary::

::Tentang aku::

Assalamualaikum.perkenalkan nama saya Imam Kamarudin saleh. blog ini berisi 'kicauan' seorang mahasiswa TEP IPB yang terus berusaha untuk meningkatkan IP sebelum lulus, diBlog ini kamu bakal dapat 'gado-gado' dgn bahasa yg kadang gaul, formal, ampe rada 'kasar' yg khas mahasiswa dan anak muda tentang segala problema hidupnya, dr akademik, nilai2, cinta, pengharapan,IMPIAN, dan Kepasrahan total pd Rabb semesta alam...Allah SWT..so ENJOY my Blog!!!

::Goresan tinta::
::Arsip::
::Statistik::

::Tukeran links:



Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali

blog imam.k.s

::Didukung oleh::
::Site Feed::

:: Be Uniqe, Be Creative, Be Diffrent, Be Excelent with ISLAM (VERSI Bird)::

↑ Grab this Headline Animator

Add to Google Reader or Homepage

::LinkS::
::Hubungi aku::
::Papan Pesan::
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
"Sering terjadi pada umur yang panjang masanya, tapi sedikit manfaatnya. Ada pula umur yang pendek waktunya, tapi panjang manfaatnya." (Ibnu Athaillah, Al Hikam)